Sunday, October 22, 2017

Hadist larangan Jual beli

HADIST EKONOMI "HADIST LARANGAN JUAL BELI”



HADIST EKONOMI "HADIST LARANGAN JUAL BELI”
NAMA : AMBRAN DIGAS RENANDO
NIM : 931405116
Hadist Larangan Jual Beli
A.    Pengertian Jual Beli
Kata jual beli berasal dari bahasa Arab, jual pada bahasa arab dikenal dengan istilah al-bay’dari ba’a-yabi’u yang berarti menjual. Dan kata beli yaitu al-syira dari kata syara yang berarti membeli. Secara etimologi, jual beli diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan yang lain atau memberikan sesuatu untuk menukarkan sesuatu yang lain.[1]
Definisi jual beli sejalan dengan firman Allah bahwa jual beli harus didasarkan pada keinginan sendiri dan atas dasar suka sama suka, sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Nisa ayat 29 :
       “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”[2]
       Ulama memiliki perbedaan pendapat tentang definisi jual beli, Hanafiyah mendifinisikan jual beli dengan dua definisi :
“Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.”
“Tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”
       Dari dua argumen tersebut terkandung pengertian bahwa cara khusus melalui ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (pernyataan menjual dari penjual), harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi manusia jika harta yang diperjualbelikan tidak bermanfaat, jual beli dianggap tidak sah.
       Definisi lain yang dikemukakan ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Menurut ketiga Mazhab tersebut jual beli adalah :
“Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan
       Terdapat penekanan kepada kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa-menyewa. Jual beli diartikan dengan menukar barang dengan barang atau barang dengan barang, dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas dasar kerelaan kedua belah pihak. Jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela dan memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.[3]
B.  Transaksi yang diharamkan
1.      Menjual barang yang sudah dibeli atau ditawar orang lain
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَبِيعُ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ
“'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya".[4]
2.      Minuman keras dan sejenisnya (Narkoba)
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ سَمِعْتُ أَبَا الضُّحَى يُحَدِّثُ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ
لَمَّا أُنْزِلَتْ الْآيَاتُ الْأَوَاخِرُ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَلَاهُنَّ فِي الْمَسْجِدِ فَحَرَّمَ التِّجَارَةَ فِي الْخَمْرِ
“Abu Adluha bercerita dari Masruq dari Aisyah dia berkata; Tatkala turun beberapa ayat terakhir dari surat Al Baqarah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar lalu membacakannya di masjid. Kemudian beliau mengharamkan jual beli minuman keras.”[5]
3.      Barang najis
حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا خَالِدٌ لْحَذَّاءُ عَنْ بَرَكَةَ بْنِ الْعُرْيَانِ الْمُجَاشِعِيِّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَدِّثُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ حُرِّمَتْ عَلَيْهِمْ الشُّحُومُ فَبَاعُوهَا وَأَكَلُوا أَثْمَانَهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا حَرَّمَ أَكْلَ شَيْءٍ حَرَّمَ ثَمَنَهُ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semoga Allah melaknat kaum Yahudi. Telah diharamkan lemak atas mereka, namun mereka menjualnya dan memakan harganya (hasil penjualan). Dan sesungguhnya Allah 'azza wajalla apabila mengharamkan memakan sesuatu, maka Dia pun mengharamkan juga harganya (hasil penjualannya)."[6]
4.      Gharar yaitu jual beli yang tidak jelas, mengandung unsur ketidakpstian/spekulasi, dan penipuan.
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْحَصَاةِ وَعَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ
“dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari menjual dengan cara hashah (jual beli, dan jual beli gharar (tidak jelas)."[7]
a.       Hashat yaitu jual beli yang tidak jelas luasnya, dengan cara melelpar hashat (batu kecil) pada tempat batu itu jatuh, itulah tanah yang terjual. Model ini dilarang karena mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi.
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو أُسَامَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِي أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْحَصَاةِ وَعَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dan Yahya bin Sa'id serta Abu Usamah dari Ubaidillah. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb sedangkan lafazh darinya, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidillah telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual beli dengan cara hashah (yaitu: jual beli dengan melempar kerikil) dan cara lain yang mengandung unsur penipuan.[8]
b.      Nitaj yaitu jual beli hasil binatang ternak sebelum memberikan hasil, misalnya jual beli susu yang masih berada dalam kantong. Model ini juga dilarang karena mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَتَبَايَعُونَ لُحُومَ الْجَزُورِ إِلَى حَبَلِ الْحَبَلَةِ قَالَ وَحَبَلُ الْحَبَلَةِ أَنْ تُنْتَجَ النَّاقَةُ مَا فِي بَطْنِهَا ثُمَّ تَحْمِلَ الَّتِي نُتِجَتْ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ
"Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah telah mengabarkan kepada Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Dahulu orang-orang jahiliyyah menjual daging anak unta yang masih dalam kandungan. Dia berkata; Yang dimaksud dengan habalul habalah adalah unta dibeli berupa apa yang ada dalam kandungannya kemudian unta tersebut mengandung apa yang diperjual belikan itu, maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang praktek jual beli seperti itu."[9]
c.       Mulamasah dan Munabadzah
Mulamasah adalah si penjual dan pembeli menyentuh pakaian yang dijual atau barangnya tanpa perlu memeriksa atau membukanya. Dan Munabadzah adalah penjual menjajakan pakaian yang dimiliki untuk dijual dan pembeli tidak memegang atau melihat barang tersebut. Dengan demikian, diharamkan jual beli apapun jika pembeli tidak bisa memeriksa barang tersebut karena ditakutkan akan timbulnya kecurangan dari pihak penjual.[10]
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ وَعَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْمُلَامَسَةِ وَالْمُنَابَذَةِ
"Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada Malik dari Muhammad bin Yahya bin Habban dan dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang mulamasah dan munabadzah".[11]
d.      Muhaqolah dan Muzabanah
Muhaqolah yaitu jual beli tanaman yang belum dituai atau panen, dan muzabanah yaitu jual beli kurma yang masih ada dipohonnya. Model ini juga dilarang karena mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُحَاقَلَةِ وَالْمُزَابَنَةِ
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Asy-Syaibaniy dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang Al Muhaqalah (jual beli buah yang masih ditangkai dengan gandum) dan Al Muzabanah (jual beli kurma yang masih dipohon dengan kurma yang sudah dipetik).”[12]
e.       Mukhadarah yaitu kurma hijau atau yang belum tampak matangnya. Model ini dilarang karena mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi.
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُحَاقَلَةِ وَالْمُخَاضَرَةِ وَالْمُلَامَسَةِ وَالْمُنَابَذَةِ وَالْمُزَابَنَةِ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Wahab telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada Ishaq bin Abi Tholhah Al Anshari dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu bahwa dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari Al Muhaaqalah (jual beli buah yang masih ditangkai dengan gandum), Al Mukhodharoh (jual beli buah atau biji-bijian sebelum matang), Al Mulaamasah (terjadi jual beli jika calon pembeli memegang barang dagangan), Al Munaabadzah (jual beli dengan melempar barang dagangan) dan Al Muzaabanah (jual beli kurma yang masih dipohon dengan kurma yang sudah dipetik)."[13]
f.        Habalil habalah adalah jual beli anak unta yang masih didalam perut, dan akan dibayar juka unta tersebut melahirkan dengan jenis kelamin tertentu.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَتَبَايَعُونَ لُحُومَ الْجَزُورِ إِلَى حَبَلِ الْحَبَلَةِ قَالَ وَحَبَلُ الْحَبَلَةِ أَنْ تُنْتَجَ النَّاقَةُ مَا فِي بَطْنِهَا ثُمَّ تَحْمِلَ الَّتِي نُتِجَتْ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ
"Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah telah mengabarkan kepada Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Dahulu orag-orang jahiliyyah menjual daging anak unta yang masih dalam kandungan. Dia berkata; Yang dimaksud dengan habalul habalah adalah unta dibeli berupa apa yang ada dalam kandungannya kemudian unta tersebut mengandung apa yang diperjual belikan itu, maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang praktek jual beli seperti itu."[14]
g.      Talqi jalab adalah petani membawa hasil panen kekota, kemudian orang kota menjual dengan harga yang ditetapkan sendiri. Jual beli ini dilarang karena dapat mengakibatkan pemasok tunggal, karena itu harus dijual dipasar terbuka.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنَّا نَتَلَقَّى الرُّكْبَانَ فَنَشْتَرِي مِنْهُمْ الطَّعَامَ فَنَهَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَبِيعَهُ حَتَّى يُبْلَغَ بِهِ سُوقُ الطَّعَامِ
قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ هَذَا فِي أَعْلَى السُّوقِ يُبَيِّنُهُ حَدِيثُ عُبَيْدِ اللَّهِ
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Juwairiyah berkata, dari Nafi' dari 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata: "Kami dahulu biasa menyongsong kafilah dagang lalu kami membeli makanan. Maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami membelinya hingga makanan tersebut sampai di pasar makanan". Berkata, Abu 'Abdullah Al Bukhariy: "Ini larangan untuk transaksi diluar pasar sebagaimana dijelaskan oleh hadits 'Ubaidullah".[15]
h.      Hadir al-Ibad yaitu monopoli dengan tujuan harga yang tinggi
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَبَّاحٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ وَبِهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ
"Telah menceritakan kepada 'Abdullah bin Shabbah telah menceritakan kepada kami Abu 'Ali Al Hanafiy dari 'Abdurrahman bin 'Abdullah bin Dinar berkata, telah menceritakan dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang kota menjual untuk orang desa": Hadits ini telah dikomentari oleh Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma."[16]
i.        Najsy yaitu membeli barang karena mendengar akan naik lalu dijual dengan harga yang tinggi ketika harga sudah naik
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ النَّجْشِ
"Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik dari Nafi' dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang (jual beli) najasy (penipuan)."[17]
j.        Ikhtikar yaitu penimbunan gandum atau barang hanya untuk menaikkan harga dengan sengaja. Iman abu Hanifah membatasi hukum pelarangan ini hanya pada gandum, imam Yusuf untuk semua hal yang mana penimbunan itu akan membahayakan kepentingan umum.[18]
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَلِيِّ بْنِ سَالِمِ بْنِ ثَوْبَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَالِبُ مَرْزُوقٌ وَالْمُحْتَكِرُ مَلْعُونٌ
"Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Telah menceritakan kepada kami Isra`il dari Ali bin Salim bin Tsauban dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari Sa'id bin Al Musayyab dari Umar bin Khaththab ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang mencari nafkah itu diberi rizki dan orang yang menimbun itu dilaknat."[19]


[1] Idri, “Hadis Ekonomi, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi”( Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), Hal.155
[2] al-Qur’an al-Karim, keluaran kelima edisi 6.50 (Sakhr,1997) QS.al-Nisa (4); 29

[3] Idri, “Hadis Ekonomi, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi”( Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), Hal.156-158
[4] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009) BUKHARI-1995
[5] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009) BUKHARI-4177
[6] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009) AHMAD - 2546
[7] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009) NASAI - 4442
[8] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009MUSLIM - 2783
[9] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009BUKHARI 355
[10] Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi (Malang : UIN MALIKI PRESS (Anggota IKAPI,2012),Hal.122
[11] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 2002
[12] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 2038
[13] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 2055
[14] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 3555
[15] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 2021
[16] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 2014
[17] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009(BUKHARI - 6448
[18] Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi (Malang : UIN MALIKI PRESS (Anggota IKAPI,2012),Hal.126
[19] Lidwa Pustaka i Sofware, Kitab 9 Imam Hadist (2009( IBNUMAJAH-2144

No comments:

Hadist ekonomi

HADIST EKONOMI HADIST EKONOMI NILAI-NILAI DASAR EKONOMI ISLAM NAMA : AMBRAN DIGAS RENANDO NIM : 931405116 DOSEN PENGAMPU : ANA FADHIL...